Intip Runtuhnya Kerajaan Bisnis Liem Sioe Liong yang Lebih Dikenal Salim Group Setelah 30 Tahun Sukses

Runtuhnya Kerajaan Bisnis Salim Setelah 30 Tahun Sukses
Runtuhnya Kerajaan Bisnis Salim Setelah 30 Tahun Sukses.youtube: midascuan/rakcer.id
0 Komentar

CIREBON, RAKCER.ID – Liem Sioe Liong atau yang lebih dikenal dengan nama Sudono Salim dikenal sebagai pengusaha yang sukses di bidang impor cengkeh dan logistik militer setelah Indonesia merdeka. Ia dikenal memiliki hubungan dekat dengan Soeharto, yang saat itu berpangkat Kolonel. Ketertarikan Soeharto tertarik dengan jaringan bisnis Salim yang luas, yang kemudian mendorong mereka untuk berkolaborasi.

Selama Perang Kemerdekaan 1945-1949, Sulardi memainkan peran penting dalam memperkenalkan Salim dan Soeharto, yang kemudian menjadi pemasok logistik untuk pasukan Kolonel Soeharto.

Setelah berkuasa pada pertengahan 1960-an dan menjadi presiden, Soeharto didukung oleh sekelompok kroni bisnis, dengan yang terbesar dan terkuat adalah Liem Sioe Liong, seperti yang dinyatakan dalam karya Richard Borsuk dan Nancy Chng “Liem Sioe Liong and the Salim Group” (2016), yang dikutip pada hari Kamis (1/6/2023).

Baca Juga:Mengungkap 5 Rahasia Sukses Orang China dalam Berbisnis yang Dapat Kamu Terapkan!Ide Bisnis Untuk Pensiunan di industri Kuliner yang Menguntungkan di Tahun 2024

Selama tiga dekade kepemimpinan Soeharto, keduanya terlibat dalam hubungan yang saling menguntungkan. Soeharto melindungi Liem dan memastikan kelancaran bisnisnya, sementara Liem menyalurkan dana kepada Soeharto, keluarga, dan kroni-kroninya melalui kerajaan bisnis Grup Salim.

Sebagai hasil dari simbiosis mereka, kedua belah pihak berhasil dalam usaha mereka masing-masing. Salim menjadi orang terkaya di Indonesia, sementara Soeharto meraih kekuasaan di negeri ini. Namun, kesuksesan mereka tiba-tiba hancur hanya dalam beberapa hari di bulan Mei 1998.

Selama tiga puluh tahun, Salim telah berhasil membangun tiga kerajaan bisnis yang sukses di tiga sektor yang berbeda: perbankan (BCA atau Bank Central Asia), konstruksi (Indocement), dan makanan (Bogasari dan Indofood). Namun, semua bisnisnya berangsur-angsur runtuh selama krisis 1998. BCA adalah yang paling parah terkena dampaknya.

Menurut sejarawan M.C Ricklefs dalam bukunya Sejarah Indonesia Modern (2009), dilaporkan bahwa pada masa krisis, banyak nasabah yang menarik dananya dalam jumlah besar. Bahkan, ratusan orang rela mengantri berjam-jam hanya untuk mengosongkan tabungannya. Situasi ini membuat BCA terancam bangkrut karena hilangnya kepercayaan masyarakat.

Kedekatan dengan Soeharto ternyata menjadi petaka bagi Salim. Pengetahuan publik akan kedekatan Salim dengan Soeharto membuatnya menjadi sasaran. Hal ini terjadi setelah aksi unjuk rasa yang berujung pada kerusuhan rasial pada 13 Mei 1998.

0 Komentar