Jejak Tan Sam Tjay, yang Disebut Bendahara Kasepuhan di Sukalila Selatan

Jejak Tan Sam Tjay, yang Disebut Bendahara Kasepuhan di Sukalila Selatan
MAKAM TUA. Makan kuno dari abad 17 di kawasan Sukalila Selatan disinyalir makam Tan Sam Tjay. Seorang etnis Tionghoa muslim yang punya kedekatan dengan Sultan Kasepuhan. FOTO: ASEP SAEPUL MIELAH/RAKYAT CIREBON
0 Komentar

RAKYATCIREBON.ID – Jika jalan-jalan ke Jalan Sukalila Selatan, Kota Cirebon ada sebuah makam kuno sejak abad ke-17. Misalnya Makam Sam Tjay Kong.

Di tembok makam tertulis Tan Sam Tjay tertulis gelar Aria Dipa Wiratjoela dari Keraton Kesepuhan Cirebon. Ada informasi lain berdasarkan cerita orang tua zaman dulu menyatakan bahwa Tan Sam Tjay dipercaya sebagai Bendahara Keraton.

Budayawan Tionghoa asal Cirebon, Jeremy Huang menjelaskan, jejak Tan Sam Tjay juga dapat ditemukan di Kelenteng Talang Cirebon. Ada papan nama Tan Sam Tjay yang disembahyangi sampai saat ini, karena dulunya Kelenteng Talang merupakan tempat perwakilan Laksmana Cheng Ho.

Baca Juga:Ini Sensasi Baru Menikmati Ice CreamDanrem SGJ Ingatkan Prajurit TNI Wajib Kuasai Beladiri Militer

“Dan Kelenteng Talang menjadi tempat transit dan penginapan para pedagang dari Tiongkok. Dan Tan Sam Tjay kepalanya di sana. Tan Sam Tjay adalah keponakannya Tan Eng Hoat,” ujar Jeremy.

Menurut Jeremy, Tan Sam Tjay punya nama Islam Muhammad Syafi’i adalah keponakan Haji Tan Eng Hoat. Tan Eng Hoat memiliki nama Maulana Ifdil Hanafi dengan gelar Pangeran Adipati Wirasenjaya menjadi raja muda di bawah Kesultanan Cirebon. Secara de jure berkuasa sampai Samudera India. Secara de fakto berkedudukan di Kadipaten.

“Tan Eng Hoat dulunya ditugaskan oleh Laksamana Cheng Ho menjadi kepala yang bertugas mengawasi mercusuar di Sembung,” jelasnya.

Kemudian, makam Tan Sam Tjay tahun 1900an ditembok persil oleh Mayor Tan Tjien Kie. Makam Tan Sam Tjay berbentuk Sian kong adalah istilah untuk menamakan kuburan suami istri yang dimakamkan satu lubang kubur atau  berdampingan.

Berdasarkan cerita orang tua zaman dulu, lanjut Jeremy, Tan Sam Tjay menyebutkan nama Jalan Sukarela yang artinya tanah pemberian dari Sultan Kesepuhan. Tetapi karena Tan Sam Tjay tidak bisa mengucapkan huruf R, Sukarela terucap jadi Sukalela. Itu sebagai tanda terima kasih kepada Sultan Kesepuhan yang memberikan kepadanya sebidang tanah luas.

“Menurut Almarhum dr Iwan Satibi tanahnya dulu dari Jalan Pamitran, Sukalila sampai Jalan Kartini. Dulu bentuk makam Sam Tjay Kong bukan seperti itu. Makam yang sekarang adalah hasil perbaikan renovasi oleh Mayor Tan Tjien Kie, dan dibangun tembok oleh Mayor Tan Tjien Kie,” ulas Jeremy.

0 Komentar