Kolaborasi Lintas Sektoral Efektif untuk Gerakan Pencegahan Kusta

kusta
SOSIALISASI. Kolaborasi beberapa sektor dinilai efektif untuk mencegah penyebaran penyakit kusta.
0 Komentar

Ke depan, masih kata Aris, sangat diperlukan juga tentang sistem pelayanan pendampingan pengobatan. Termasuk pendampingan terhadap pihak keluarga. Sebab berbicara konotasi penyakit menular, erat kaitannya dengan stigmatisasi.

“Termasuk pendampingan kepada pihak keluarga jangan sampai ditelantarkan, kita semua tahu kalau misalnya dalam satu rumah ada yang terkena kusta, maka jangan sampai si pasien itu dijauhi. Tapi harus terus didampingi,” ujarnya.

Penderita Kusta dan Penyakit lain Butuh Pendampingan

Aris menegaskan, ‎diperlukan pendampingan karena memang penderita penyakit butuh support sistem dukungan agar pasien-pasien kusta ada keinginan untuk sembuh. Lebih jauh, ketika ada pihak keluarga yang pengertian, maka ‎masyarakat tidak boleh memberikan stigma negatif.

Baca Juga:Kisah Perjuangan Melawan Kusta dan Stigma untuk Kembali Pada KehidupanPeran Teknologi Dapat Memudahkan Deteksi Dini Gejala Awal Kusta

“Pemda harus bikin strategi pencegahan. Bikin semacam gerakan dari pemerintah di tingkat kabupaten, lalu kecamatan hingga ke tingkat desa dan RT RW. Kalau sekarang ada gerakan cegah stunting, maka ke depan harus ada pula gerakan cegah kusta,” tegasnya.

Ketika sudah ada gerakan pencegahan kusta, maka sasaran berikutnya sekolah-sekolah atau pesantren yang di sana ada santri yang menginap. Kebiasaan berperilaku hidup bersih di level sekolah ini juga perlu terus diedukasi.

“Intinya harus ada upaya gerakan pencegahan, supaya masyarakat bisa membantu untuk mendeteksi gejala awal penyakit kusta,” tandasnya.

Selama ini di kalangan masyarakat masih ada stigma bahwa kusta adalah penyakit berbahaya, hingga tidak jarang pasien kusta dikucilkan. Pasien kusta atau Orang yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) tidak seharusnya dikucilkan. Karena dengan penanganan yang baik dan tepat penyakit kusta tidak mudah menular dan dapat disembuhkan.

Untuk meluruskan pemahaman keliru tentang kusta, “Melawan Stigma” menjadi kampanye yang harus disuarakan dengan lantang seperti yang dilakukan oleh NLR Indonesia sebagai lembaga non profit yang bekerja untuk penanggulangan kusta dan inklusi disabilitas. Melalui project Suara Untuk Indonesia Bebas Kusta (SUKA) mengintervensi masyarakat dan para aktor penggerak perubahan untuk bersama-sama mengedukasi dan melakukan berbagai gerakan inovatif untuk mengikis stigma kusta.

Sementara itu, Sekretaris Daerah Kabupaten Majalengka, Eman Suherman mengatakan pihaknya setuju harus ada gerakan pencegahan untuk penyakit menular apapun. Alasannya, bicara tentang kesehatan adalah berbicara tentang kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang akan datang.

0 Komentar