Rupiah Hadapi Potensi Pelemahan Terhadap Dolar AS di Tengah Kekhawatiran Inflasi

Rupiah
Rupiah Indonesia menghadapi potensi depresiasi terhadap dolar AS karena kekhawatiran inflasi yang terus-menerus dan data ekonomi yang kuat dari AS. Foto: Pinterest/RAKCER.ID
0 Komentar

CIREBON, RAKCER.ID – Rupiah (IDR) menghadapi prospek pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada hari Jumat, 13 Oktober 2023, seiring dengan data terkini Indeks Harga Konsumen (CPI) AS bulan September 2023 yang menunjukkan masih adanya tekanan inflasi. Untuk itu dalam artikel kali ini kami akan membahass secara lengkap mengenai kabar rupiah yang hadapi potensi pelemahan terhadap dolar AS di tengah kehawatiran inflai yang terus menghantui.

Ariston Tjendra, pengamat pasar, sempat menyatakan kekhawatirannya bahwa data inflasi ini dapat berkontribusi terhadap pelemahan rupiah, dengan potensi nilai tukar Rp 15.730 per USD, meski diperkirakan ada dukungan di kisaran Rp 15.650 per USD.

Berikut Merupakan Informasi Selengkapnya Mengenai Kabar Rupiah yang Harus Bersiap Hadapi Pelemahan Terhadap Dolar AS di Tengah Kehawatiran Inflasi:

Ariston mencatat, data CPI AS bulan September menunjukkan kenaikan sebesar 3,7%, mencerminkan angka inflasi bulan sebelumnya. Kurangnya penurunan inflasi menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor dan pedagang mata uang, yang berpotensi berdampak pada nilai tukar. Data pasar tenaga kerja AS juga berperan dalam mempengaruhi sentimen pasar, khususnya laporan mingguan klaim pengangguran awal.

Baca Juga:Presiden Jokowi Soroti Harga dan Kualitas Beras yang Menguntungkan Saat Festival Panen RayaPertarungan Taruhan Tinggi: Pertarungan Austria dan Belgia untuk Kualifikasi Euro 2024

Laporan ini menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja AS tetap kuat, dengan klaim pengangguran berada di sekitar 209.000, serupa dengan minggu sebelumnya. Data ketenagakerjaan yang solid ini semakin memperkuat ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga yang berkepanjangan.

Indeks dolar AS (DXY) kembali menguat, naik kembali ke atas level 106, setelah sebelumnya berada di kisaran 105. Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah AS juga menunjukkan tren kenaikan. Faktor-faktor ini, secara kolektif, merupakan indikasi penguatan dolar AS dan meningkatnya antisipasi terhadap komitmen Bank Sentral AS untuk mempertahankan suku bunga tinggi.

Selain itu, data yang berasal dari Tiongkok, salah satu mitra dagang utama Indonesia, turut berkontribusi dalam evaluasi prospek nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Data ekonomi Tiongkok terkini, yang mencakup Indeks Harga Produsen (PPI) year on year (YoY) sebesar -2.5% (dengan ekspektasi -2.4%), Indeks Harga Konsumen (CPI) YoY sebesar 0.0% (dibandingkan dengan ekspektasi 0,2%), dan CPI bulanan sebesar 0,2% (dibandingkan perkiraan 0,3%), mencerminkan tingkat inflasi yang lebih rendah dari perkiraan.

0 Komentar