Siswa Merokok! Meniru dari Guru dan Ayah

STOP. Ilustrasi larangan merokok khususnya untuk pelajar dan anak-anak di bawah umur.
STOP. Ilustrasi larangan merokok khususnya untuk pelajar dan anak-anak di bawah umur.
0 Komentar

Proporsi terbanyak perokok aktif setiap hari pada umur 30-34 tahun sebesar 33,4 persen dan umur 35-39 tahun sebesar 32,2 persen yang merupakan penduduk usia produktif.

Jawa Barat adalah provinsi dengan proporsi perokok terbanyak di Indonesia yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tahun 2013 tercatat proporsi penduduk umur kurang dari 10 tahun yang merokok di Jawa Barat adalah 27,1 persen.

Data indeks pembangunan kesehatan masyarakat (IPKM) tahun 2013 menyatakan bahwa proporsi merokok di Majalengka sebesar 33,35 persen.

Baca Juga:Ridwan Kamil: Pemda Cari Cara Jaga Harga dan Stok Kebutuhan PokokKomitmen Komisi II Tingkatkan PAD

Di pinggir jalan beraspal area sawah itu, ada tiga motor. Dua anak tidak bawa motor ikut kepada temannya yang punya motor, hanya satu motor yang ada helmnya.

“Ya lupa, kadang kami pakai helm. Tapi kami diizinkan pakai motor ke sekolah oleh orang tua,” ujar si kurus.

Kembali ke soal merokok, mereka kerap merokok selepas jam pelajaran sekolah dan mereka keluar area itu.

“Tidak ada motivasi khusus, hanya iseng. Ternyata keren juga kalau merokok,” tutur tiga anak menjawab bersamaan. Sambil menceritakan bahwa ayah dan ibu mereka belum mengetahui mereka sudah merokok.

Mereka berdalih, selain melihat sebagian guru yang merokok, adalah karena melihat ayah mereka di rumah juga merokok.

“Saya bahkan mulai merokok‎ sejak kelas 6 SD. Awalnya mengambil punya ayah di rumah, ya cuma sebatang sih,” ujar si gembul.

Si gembul mengaku, orang tuanya kerja di pemerintahan. Tidak menyebut pejabat di dinas mana, tapi kerja sebagai pegawai negeri atau ASN. “Saya beli (rokok, red) dari jatah uang jajan saya,” kilahnya.

Baca Juga:Produk Pesantren dan UMKM Jawa Barat Dipamerkan di Mandalika, Sejumlah produk ludes terjualTim Integrated Lakukan Inspeksi di Titik Kebocoran

Sementara empat anak lainnya, terkadang tidak mampu beli seperti si gembul. Uang jajannya biasanya habis untuk jajan makanan pengganjal perut.

“Orang tua saya ngasih uang jajan hanya 15 ribu, kadang 10 ribu. Saya gak bisa beli rokok langsung sebungkus. Paling juga ketengan, batangan. Tapi lebih sering diajak sama teman saya si gembul itu,” ujarnya sambil tersenyum.

Si gembul yang disebut, membalas dengan senyuman. Lalu menjawab ringan.

“Ya ini kan bentuk solidaritas. Lagipula, kalau merokok sendirin saja kurang seru. Kalau dihukum juga kan jadinya ada teman yang menemani,” ujarnya sambil tertawa.

0 Komentar