Tantangan Berat Penyelenggara Pemilu

TANTANGAN. Komisioner KPU Kabupaten Cirebon, Husnul Khotimah SFil MH mengaku Pemilu 2024 nanti menjadi tantangan bagi penyelenggara.
TANTANGAN. Komisioner KPU Kabupaten Cirebon, Husnul Khotimah SFil MH mengaku Pemilu 2024 nanti menjadi tantangan bagi penyelenggara.
0 Komentar

RAKYATCIREBON.ID – Pemilihan umum (Pemilu) 2024 sudah ditentukan waktunya. Yakni Rabu, 14 Februari 2024. Dilakukan secara serentak. Pastinya, menjadi tantangan bagi pelaksana penyelenggara pemilu. Mengingat, pelaksanaannya berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.

“Benar, Pemilu 2024 nanti menjadi tantangan. Dari segi penyelenggaraannya, kita harus menyiapkan SDM yang tangguh sebagai bagian dari KPU Kabupaten Cirebon,”  kata Anggota KPU Kabupaten Cirebon, Husnul Khotimah SFil MH, Senin (7/3).

Kemudian, dari sisi euforia masyarakatnya, KPU diprediksi pada Pemilu 2024 masih akan menghadapi banyaknya kampanye SARA atau berita hoax, seperti halnya di Pemilu 2019 lalu. Selain itu, tantangan secara internal, bagaimana membuat publik percaya, bahwa KPU adalah penyelenggara pemilu yang independen dan mandiri.

Baca Juga:Pencak Silat Maydas 159 Rebut Juara Umum NasionalHarga Mahal, Penjual Daging Sapi Sepi

“Ini tantangan di internal kami. Itu harus betul-betul tercermin dari segala macam perilaku yang ditujukan oleh penyelenggara pemilu,” ucapnya.

Karena itu, lanjut komisioner dua periode ini, ketika publik sudah percaya dengan penyelenggara pemilu, masyarakat juga menerima atmosfer periodik lima tahunan itu, sebagai sesuatu yang menyenangkan.

Sudah ada beberapa program yang dijalankan untuk menyukseskannya. Seperti yang sudah digaungkan KPU Pusat, yakni Desa Peduli Pemilu dan Pemilihan. Cara itu dilakukan untuk membentuk kader-kader di tingkat desa. Diharapkan, mereka bisa mengurai dan memberikan edukasi kepada masyarakat terkait bagaimana demokrasi bisa berjalan dengan baik. 

Adapun terkait pemilih awal, sebenarnya kata Husnul, mereka dapat dikategorikan sebagai pemilih rasional. Namun juga bisa dikategorikan sebagai pemilih yang pendiriannya masih ngambang. Dikatakan rasional, karena anak muda memiliki akses terdekat. “Di era digital ini, mereka bisa leluasa mencari akses dengan kontestan. Sehingga saat memilih, bisa rasional,” katanya.

Sementara bagi pemilih yang masih ngambang, mereka gampang diarahkan. Referensinya lemah. Belum kuat. Sehingga gampang dibuat gamang. “Bisa saja, yang kategori seperti ini tetap memilih. Tapi, terpengaruh oleh unsur lain,” ucapnya.

Selain itu, KPU juga sudah melakukan kemitraan strategis dengan banyak pihak. Seniman, unsur pendidikan, dan tentunya aktor politik. Semua itu, sebagai upaya untuk menyukseskan Pemilu 2024 bersama KPU.

“Bagaimana menjadikan Pemilu 2024 ini sebagai bagian dari demam pemilu. Semua orang membahas pemilu. Membahas siapa calon pemimpin masa depan. Dan ikut mengawal proses serta pasca pemilu,” imbuhnya.

0 Komentar