RAKCER.ID- Tradisi Takbiran merupakan suatu fenomena yang terjadi di masyarakat Muslim terutama di Indonesia. Takbiran tidak lepas dari bulan suci Ramadhan terutama pada malam Hari Raya Idul Fitri. Selain itu, Takbiran juga dilaksanakan pada malam Hari Raya Idul Adha.
Al-Qur‟an diturunkan oleh Allah SWT pada bulan Ramadhan maka fenomena Takbiran ini juga didasari oleh isi kandungan Q.S. Al Baqarah ayat 185 artinya sebagai berikut:
“Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barang siapa diantara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah.
Baca Juga:3 Rekomendasi Parfum dengan Harga Terjangkau, Wanginya Mirip Parfum Mahal3 Resep Makanan Buka Puasa Termudah dan Enak
Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur.”
Ayat tersebut secara jelas memerintahkan umat Islam untuk mengagungkan Allah SWT setelah menggenapkan puasa. Perintah untuk mengagungkan Allah penekannya pada kalimat Walitukmilul iddata (dan untuk melengkapi “iddah” jumlah bilangan pada bulan puasa) Walitukabbirullah kemudian untuk mengagungkan Allah SWT.
Perintah tersebut jelas bahwa setelah menyelesaikan ibadah puasa, umat Muslim diperintahkan untuk mengagungkan Allah SWT. Salah satu bentuk antusiasme warga Indonesia dalam menyambut Idul Fitri biasanya, dilakukan pada malam hari setelah adzan isya berkumandang hingga pada saat waktu sholat Ied tiba di pagi hari.
Tradisi Takbiran di Indonesia
Grebeg Syawal merupakan acara rutin yang diselenggarakan Kraton Yogyakarta dalam memperingati Hari Raya Idul Fitri atau lebaran.Tak hanya punggawa kerajaan, acara ini juga bisa diikuti masyarakat umum. Tradisi ini diadakan sebagai bentuk rasa syukur “Ngarso Dalem” terhadap berakhirnya masa puasa di Bulan Ramadhan.
Salah satu ciri khas acara ini adalah adanya prosesi Gunungan, yaitu setumpuk makanan yang disajikan dalam bentuk gunung yang nantinya akan dibagikan kepada masyarakat.