Viral! Pak Akbar Sarosa Seorang Guru di Sumbawa Dilaporkan ke Polisi Usai Hukum Siswa yang Tak Mau Sholat

Akbar sarosa
Akbar sarosa seorang guru yang dilaporkan ke polisi foto : @akbharsarosa @tribunnews-rakcer.id
0 Komentar

“Saya bertanya kepada siswa di sana, siapa yang melarikan diri (bolos)) tetapi mereka tidak mau menjawab.”

“Lalu saya minta anak-anak tidak pulang sampai bel berbunyi,” kata Akbar.

Tak lama kemudian, azan zuhur dikumandangkan.

Akbar kemudian mengajak para siswa yang nongkrong di depan pintu gerbang untuk salat berjamaah di musala.

“Mereka hanya diam dan terus ngobrol seperti itu,” jelasnya.

Baca Juga:Usai Tiktok Shop, Kini Pedagang Tanah Abang juga Minta SHOPEE dan LAZADA DitutupMengenal Hamas dan Faktor Dibalik Konflik yang Melatarbelakangi Perang Palestina-Israel

Meski ditolak sebanyak tiga kali, Akbar tetap berusaha mengajak para siswa untuk salat.

Sekali lagi, tidak ada satupun murid yang bergerak.

Anak tak mau di sini adalah salah satu korbannya. Korban kemudian melirik sekilas ke arah saya,” klaim korban.

Kemudian, beliau memberikan berbagai bentuk disiplin kepada murid-muridnya.

Akbar mula-mula menggunakan sebatang bambu untuk menakut-nakuti para siswa agar segera salat.

Ransel korban dihantam bambu hingga berdiri, ujarnya.

Akbar sarosa  kemudian mengakui bahwa dia telah mencolek tangan anak itu setelah mereka berhenti berbicara.

Saat itu, AKbar mengaku sempat menanyakan apakah ada siswa yang terluka.

Beberapa siswa memberikan tanggapan negatif.

Saat itu, Akbar pun menyampaikan penyesalannya kepada siswa yang telah didisiplinkannya.

“Tetapi permintaan maaf saya, termasuk kepada A, saya sampaikan melalui temannya,” lanjutnya.

Akbar kemudian kembali ke rumahnya.

Baca Juga:Lee Sang Yeob Umumkan akan Menikah dengan Non Selebriti Maret 2024 Mendatang5 Member PENTAGON Resmi Tinggalkan CUBE Entertainment, Isyarat akan Bubar?

Sesampainya Akbar di rumah, kepala sekolah menelpon mengabarkan bahwa ayah A telah berkunjung ke sekolah.

Akbar pun mengaku sempat menyatakan penyesalannya.

Prosedur mediasi juga telah digunakan sebanyak tiga kali.

“Saya sudah meminta maaf kepada orang tua siswa, bahkan mediasi sudah dilakukan pihak sekolah sebanyak tiga kali,” ujarnya.

Akbar pun mendatangi orang tua A untuk meminta maaf, namun pengampunan mereka tidak pernah ia terima.

Akbar terus memberikan bantuan dengan meminta maaf kepada keluarga dan kerabat dekat A.Namun ia mengaku meminta uang sebesar Rp 50 juta agar orang tua korban menyetujui proses perdamaian.

“Jujur saja, uang saya tidak banyak. Saya terus bekerja secara honorer dan menerima Rp 800.000 per bulan.

“Bahkan biaya kebutuhan sehari-hari saja masih pas-pasan, apalagi harus bayar 50 juta, uangnya dari mana?” ujar Akbar.

0 Komentar