Baoban di Ambang Kepunahan: Kondisi Pohon Abadi yang Kian Terancam

Baoban
Pohon Baoban, simbol abadi di Benua Afrika. Foto: Pinterest/rakcer.id
0 Komentar

CIREBON, RAKCER.IDBaoban pohon dengan julukan “pohon abadi,” telah menjadi ikon ketahanan dan keberlanjutan di benua Afrika.

Dengan umur yang dapat mencapai ribuan tahun, baobab memberikan kontribusi besar terhadap lingkungan sekitarnya, memberikan tempat tinggal bagi berbagai jenis hewan dan memberikan manfaat yang tak terhitung jumlahnya kepada manusia. Namun, lima tahun belakangan, misteri kematian baobab mengguncang dunia ilmu pengetahuan.

Dari 13 baobab tertua yang dikenal, 9 di antaranya tiba-tiba mati. Lima dari enam pohon terbesar juga mengalami kejadian tragis, dengan sebagian bagian mereka tumbang dan mati.

Baca Juga:Dramatis! Kisah Zhafira, Pendaki Perempuan Viral yang Terperangkap dalam Erupsi Gunung MarapiDestinasi Wisata Buka 24 Jam, Pantai Anom Tangerang Bisa Masuk List Liburan Akhir Tahun 2023 Nih!

Pertanyaan besar yang muncul adalah mengapa serangkaian kematian ini terjadi dalam rentang waktu 12 tahun. Pada awalnya, ilmuwan mencurigai perubahan iklim sebagai penyebabnya.

Sebuah tim peneliti multidisipliner dari Romania, Amerika, dan Afrika Selatan melakukan penelitian intensif antara tahun 2005 hingga 2017 untuk mengungkap misteri ini.

Mereka menemukan lebih dari 60 pohon baobab yang tumbuh di berbagai negara seperti Zimbabwe, Namibia, Afrika Selatan, Botswana, dan Zambia.

Namun, yang mengejutkan, pohon-pohon terbesar dan tertua justru ambruk. Umur pohon yang mati berkisar antara 1.100 hingga 2.500 tahun.

Baoban Pohon Tertua dan Terbesar di Benua Afrika

Iklim dan Kematian Baobab: Keterkaitan yang Tak Terduga

Penelitian terbaru dari sejumlah peneliti Afrika Selatan dan Amerika membawa fokus pada hubungan antara perubahan iklim dan kematian baobab. Dengan menggunakan data pertumbuhan iklim selama 90 tahun terakhir, mereka mengamati bagaimana baobab (Adansonia digitata) bertahan menghadapi krisis iklim.

Meskipun pertumbuhan baobab meningkat selama 20 tahun terakhir, disayangkan bahwa pertumbuhan tersebut tidak sejalan dengan masalah dehidrasi, mati pucuk, dan serangan penyakit Didymella. Didymella adalah penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh jamur dan umumnya menyerang pangkal pohon, menyebabkan pembusukan. Perubahan iklim telah menciptakan kondisi yang mendukung munculnya berbagai penyakit tanaman.

Adaptasi yang Tergoyahkan: Baobab di Tengah Perubahan Iklim

Baca Juga:Menikmati Keindahan Alam dan Serunya Wisata di Kolam Renang Tirta Indah Majalengka Hanya Dengan Rp 20 Ribu Rupiah Loh!Objek Wisata Ranu Regulo, Camping Ground Eksotis di Lereng Gunung Semeru yang Asik Untuk Healing Akhir Tahun 2023

Baobab, dengan kemampuan uniknya menampung air dalam batangnya, sebenarnya dirancang untuk bertahan dalam cuaca ekstrem. Namun, penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan yang cepat tidak sejalan dengan tantangan seperti kekeringan, siklon tropis, dan topografi yang meningkatkan risiko kematian baobab.

0 Komentar