RAKCER.ID – Sebuah Alquran berusia 371 tahun yang terbuat dari kulit kayu, hingga kini kondisinya masih baik dan terawat. Kitab suci umat Islam itu, kini tersimpan di Desa Pageraji, Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka.
Alquran berusia 371 tahun tersebut, dibuat sekitar tahun 1.650 yang lalu itu, kini dipegang Kuwu Hormat Ridwanudin.
Kuwu Hormat Ridwanudin merupakan keturunan ketujuh dari Kiai Haji Muhammad Latifudin, atau dikenal dengan nama Tubagus Latifudin penulis Alquran berusia 371 tahun tersebut.
“Alhamdulillah usia Alquran ini sudah ratusan tahun dan kami merawatnya secara turun temurun, dari generasi ke generasi,” kata Kuwu Hormat belum lama ini.
Menurut dia, kondisi Alquran dari kulit kayu tersebut masih utuh dan kondisinya sebagian besar masih bagus. Karena dijaga dan dirawat secara khusus.
Hanya dibaca setahun sekali ketika ada ketika memperingati haul atau wafatnya KH Tubagus Latifudin, dibaca bersama-sama dengan warga.
“Hanya dibaca sekali dalam setahun, ketika haul dan hanya surah Yaa Siin saja,” ujarnya.
Dia menambahkan, Alquran tulisan tangan itu, sejatinya merupakan warisan turun temurun yang sangat istimewa dan sangat berharga.
Hanya saja, karena bentuknya bukan kekayaan seperti emas dan perak, maka Alquran tersebut aman dari rebutan tangan-tangan jahat yang tak bertanggung jawab.
“Ini warisan biasanya rebutan. Dalam hal ini, yang diperebutkan adalah isi dari pengetahuan Alquran. Secara garis besar, Alquran mengajarkan untuk jangan terlalu mengejar duniawi,” ungkapnya.
Masih dikatakan dia, penulis Alquran ini tercatat ada hubungan kekerabatan dengan kerajaan Talaga Manggung, juga ada hubungannya dengan Pamijahan, Kasepuhan Kawunggirang dan Cijati.
Namun, soal silsilah nasab keturunan ini detailnya kurang begitu pasti.
“Dulu mah hanya sebatas dikasih tahu secara lisan, jadi tak ada jejak tulisannya,” ucapnya.
Selain Alquran kuno, lanjut dia, peninggalan Tubagus Latifudin itu bukan hanya Alquran tulisan tangan saja. Namun ada senjata keris dan tombak. Saat ini dia hanya menyimpan barang berharga tersebut di tempat sederhana.
Sementara Ketua Grup Madjalengka Baheula (Grumala) Nana Rohmana atau akrab disapa Mang Naro berharap ada penelitian khusus tentang jejak tulisan tangan Alquran yang sudah berusia 370 tahun lebih itu.