Kisah Perjuangan Melawan Kusta dan Stigma untuk Kembali Pada Kehidupan

kusta
PENYINTAS. Wahyu Hermawan, pasien kusta yang dinyatakan sembuh setelah menjalani pengobatan selama 1,5 tahun.
0 Komentar

“Dibantu pak RT yang kebetulan masih ada hubungan kerabat, saya suka diantar ke kecamatan lain jika ingin beli sesuatu. Dari sana, warga mulai memahami bahwa saya telah sembuh. Buktinya pak RT mau membonceng saya dengan motornya,” jelasnya.

Selama ini, di kalangan masyarakat, masih ada stigma bahwa kusta adalah penyakit berbahaya, hingga tidak jarang pasien kusta dikucilkan. Pasien kusta atau Orang yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) tidak seharusnya dikucilkan. Karena dengan penanganan yang baik dan tepat penyakit kusta tidak mudah menular dan dapat disembuhkan.

Untuk meluruskan pemahaman keliru tentang kusta, “Melawan Stigma” menjadi kampanye yang harus disuarakan dengan lantang seperti yang dilakukan oleh NLR Indonesia sebagai lembaga non profit yang bekerja untuk penanggulangan kusta dan inklusi disabilitas.

Baca Juga:Peran Teknologi Dapat Memudahkan Deteksi Dini Gejala Awal KustaCegah Bahaya Kusta Sejak Dini Melalui Peran RT dan RW

Melalui project Suara Untuk Indonesia Bebas Kusta (SUKA) mengintervensi masyarakat dan para aktor penggerak perubahan untuk bersama-sama mengedukasi dan melakukan berbagai gerakan inovatif untuk mengikis stigma kusta.

Wahyu juga mengucapkan terima kasih kepada ibu bidan yang selalu mensupport dan mendukung kesembuhannya dari penyakit kusta, juga mengantar berobat ketika masih dalam pengobatan kusta tahun 2010 dan 2011 silam.

“Ibu bidan juga sering membantu saya. Mendukung saya supaya cepat sembuh. Mengingatkan saya agar rutin minum obat. Bahkan menyewa petugas medis untuk merawat luka-luka saya. Akhirnya saya sembuh. Itu berkat tekad sendiri, sekaligus didukung penuh oleh keluarga dan kerabat,” ujarnya.

Sementara jika bicara pekerjaan, Wahyu saat ini hanya bisa menjalani rutinitas pergi bersih-bersih di makam tertentu ketika hari-hari kunjungan ke tempat pemakaman umum di desanya itu ramai. Wahyu juga sering menghadiri dan bantu-bantu hajatan para tetangganya.

“Usia saya sudah ‎tak muda lagi. Saya pun hidup sendirian. Tak punya istri. Jadi kerja saya saat ini apapun saya kerjakan, selama itu menghasilkan dan halal,” tegasnya.

Hal senada diungkapkan Erna Hermanawati. Ia mengatakan, dukungan moril dalam mengingatkan pasien kusta tentu saja sangat diperlukan terutama dalam anggota keluarga pasien. Dalam hal ini, Erna telah membuktikan serta menjalankan tanggungjawabnya sebagai pihak keluarga untuk mensupport dan mendukung supaya kerabatnya sembuh sehinga bisa beraktivitas kembali.

0 Komentar