JAKARTA, RAKCER.ID – Populix baru-baru ini mengungkapkan bahwa ekspektasi orangtua dan keterbatasan budget masih menjadi dua tantangan terbesar yang dihadapi oleh pasangan milenial dan Gen-Z yang berencana menikah.
Temuan ini tercantum dalam laporan terbaru Populix yang berjudul “Pre and Post Wedding: Financial Planning and Management”, yang merupakan kelanjutan dari laporan serupa yang diterbitkan pada Maret 2023 lalu.
Dalam laporan ini, Populix mengidentifikasi lima tantangan utama yang sering ditemui oleh calon mempelai dari kalangan milenial dan Gen-Z.
Baca Juga:Kadispora Kota Cirebon Siap Kena Sanksi usai DPRD Nilai Kerja Sama Stadion Bima Tak ProseduralPersoalan Kerjasama Sewa Stadion Bima Bakal Diaudit, Begini Kata BPKPD Kota Cirebon
Pertama, 59% responden melaporkan keterbatasan anggaran sebagai hambatan utama dalam perencanaan pernikahan mereka.
Kedua, ekspektasi orangtua yang dirasakan sebagai beban oleh 57% pasangan.
Selanjutnya, 46% pasangan mengaku kesulitan mencapai kesepakatan dengan pasangannya, sementara 46% lainnya mengeluhkan kesulitan dalam bernegosiasi dengan berbagai vendor pernikahan seperti wedding organizer, katering, dan pengelola gedung.
Terakhir, 38% calon mempelai merasa terbebani dengan keterbatasan waktu persiapan pernikahan.
Indah Tanip, VP of Research Populix, menjelaskan, “Meskipun ada sedikit penurunan, khususnya pada faktor keterbatasan anggaran, temuan tahun ini sejalan dengan data yang kami temukan dua tahun lalu. Selain itu, tahun ini kami juga meneliti pengalaman lebih dari 500 pasangan yang sudah menikah, dan mereka mengonfirmasi bahwa faktor keuangan serta ekspektasi keluarga adalah dua tekanan sosial yang paling sering mereka alami sebelum menikah,” jelasnya.
Dari temuan survei Populix mengenai tekanan prapernikahan, terdapat tiga faktor utama yang berkaitan dengan keluarga.
Pertama, 37% responden merasakan tekanan untuk menemukan pasangan yang sesuai dengan harapan keluarga.
Kedua, 33% responden merasa dorongan untuk segera menikah dari pihak keluarga. Ketiga, 25% responden merasakan tekanan untuk mematuhi norma atau tradisi pernikahan keluarga.
Selain itu, tekanan yang berasal dari aspek finansial dan karir juga turut mempengaruhi.
Baca Juga:Imbas Inpres, Pemerintah Daerah Kota Cirebon Minta Musrenbang Tingkat Kota Cirebon Tidak di HotelBina Sentra Football Academy Pastikan hanya Kerjasama dengan Pemkot Cirebon Bukan Sewa Stadion Bima
Sebanyak 35% responden merasakan tekanan untuk mapan secara finansial sebelum menikah, sementara 16% merasakan dorongan untuk mengadakan pernikahan besar dan mewah.
Terakhir, 12% responden merasa terbebani dengan tuntutan untuk menyelesaikan pendidikan atau mencapai jenjang karir tertentu sebelum menikah.
Lingkungan sekitar juga tak luput menjadi pemicu tekanan. Sekitar 31% responden melaporkan merasa terganggu dengan pertanyaan terus-menerus tentang rencana pernikahan dari kerabat dan teman-teman.