CIREBON – Merespon kejadian longsor yang menewaskan belasan pekerja tambang di Gunung Kuda, Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, mengingat wilayah Kota Cirebon juga memiliki beberapa titik eks galian C di Kelurahan Argasunya, Pemkot Cirebon melakukan langkah antisipasi dengan turuneng assesment titik-titik tersebut, Senin (02/06).
Walikota Cirebon, Effendi Edo bersama jajaran Forkopimda lengkap, turun ke beberapa titik lokasi eks Galian C, yang ditengarai masih ada aktivitas galian.
“Ini tindak lanjut, antisipasi kejadian di Kabupaten Cirebon, karena di kami ada beberapa titik galian C,” ungkap Edo usai meninjau salahsatu titik galian.
Baca Juga:Mahasiswa Garda Terdepan Dalam Menghidupkan Nilai Pancasila ??Raih WTP ke-9, Kota Cirebon Semakin Setara Berkelanjutan
Ternyata benar, di lokasi eks galian C Argasunya, Edo masih menemui beberapa warga yang melakukan aktivitas penambangan.
Disebutkan Edo, ada empat titik galian yang ternyata masih terdapat aktivitas menggali masyarakat.
Namun, Edo memastikan tidak ada badan hukum yang menggali disana, dan aktivitas dilakukan oleh perorangan, dilahan sendiri.
“Tadi di cek, ada beberapa yang aktif, itu mereka perorangan. Dulu pake alat berat, sekarang manual. Per hari bisa 2 sampai 3 dump truck,” sebut Edo.
Setelah melihat kontur dan kondisi tebing galian, Edo melihat, struktur tebing sangat berbeda dengan di Gunung Kuda, sehingga di Argasunya ini masih masuk dalam kategori aman.
Namun, Pemkot tetap akan mengupayakan agar kedepan tidak ada aktivitas galian lagi, dan langkah sementara, Pemkot akan memasang plang larangan di titik-titik galian yang masih terdapat aktivitas penambangan.
“Mereka sudah beralih kerjaan, sudah ada yang jualan, tapi memang masih ada yang menambang. Sementara kita pasang imbauan, dan larangan di titik galian. Tadi kita lihat, kita bandingkan dengan di Kabupaten, memang lebih ngeri kabupaten, tebing-tebingnya,” kata Edo.
Baca Juga:Komisi II Soroti Penataan PKLDispora Didesak Lebih Serius Kelola Kawasan Stadion Bima
Sementara itu, Warga RW 08 Kopiluhur, Mimin mengaku sadar dengan bahaya penambangan, dimana suaminya sudah puluhan tahun berprofesi sebagai penambang pasir di Argasunya.
Namun karena kebutuhan keluarga, dan penambang pasir menjadi satu-satunya mata pencaharian keluarga, dan ia menolak jika aktivitas tersebut ditutup.
“Suami saya sehari-hari disitu, kalau mau ditutup ya kami keberatan,” ungkap Mimin.