Petugas Puskeswan Turun Tangan

PERIKSA KERBAU. Petugas dari Puskeswan melakukan pengecekan terhadap sejumlah kerbau di Desa Cihirup, Kecamatan Ciawigebang, kemarin (28/1).
PERIKSA KERBAU. Petugas dari Puskeswan melakukan pengecekan terhadap sejumlah kerbau di Desa Cihirup, Kecamatan Ciawigebang, kemarin (28/1).
0 Komentar

RAKYATCIREBON.ID – Kejadian matinya puluhan kerbau milik warga Desa Cihirup, Kecamatan Ciawigebang, dalam 10 hari terakhir ini langsung ditanggapi petugas dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten dengan datang ke lokasi dan melakukan pemeriksaan, kemarin. Hasilnya, disimpulkan penyebab kematian kerbau-kerbau tersebut karena kembung atau dalam bahasa medis disebut Tympani atau Bloat.

Kabid Peternakan Distanakan Lia Priliawati SPT mengatakan, pada Jumat (28/1) pagi tim dokter hewan dari UPTD Puskeswan Ciawigebang kembali melakukan pemeriksaan feses atau kotoran beberapa kerbau milik warga Cihirup. Dikatakan Lia, dari hasil investigasi timnya menemukan kerbau mati dengan gejala perut membesar dan keras serta kotorannya keras.

“Beberapa kerbau yang mati juga ada yang tidak menunjukkan gejala awal sakit. Dugaan sementara, kerbau mati karena kembung atau kita biasa menyebutnya dengan penyakit Tympani atau Bloat,” ungkap Lia kepada Radar, kemarin.

Baca Juga:Rancangan Awal RKPD 2023 Harus CermatBambu Tumbuh di Batu, Destinasi Wisata Religi

Namun demikian, lanjut Lia, untuk memastikannya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Oleh karena itu, pada kunjungan hari Jumat ini pihaknya telah mengambil serum darah dari tiga kerbau untuk dilakukan uji laboratorium.

“Selain itu kami juga sudah meminta kepada peternak, jika masih ada kematian untuk jangan dikubur dulu. Nanti kita akan lakukan bedah bangkai untuk melihat perubahan organ dalam dan akan dilakukan uji laboratorium juga,” ungkapnya.

Sebagai upaya pencegahan agar kerbau tidak mengalami kembung, Lia menyarankan kepada para peternak untuk tidak memberi makan rumput yang masih basah. Menurutnya, kondisi rumput basah inilah yang bisa menyebabkan kerbau mengalami kembung.

“Sebagian besar para peternak melepaskan kerbau-kerbaunya ke tanah lapang atau hutan untuk makan rumput langsung di alam. Dalam kondisi masih musim hujan seperti ini sebaiknya hindari dulu menggembala kerbau ke alam bebas, melainkan masukkan ke kandang dan berikan pakan rumput yang sudah didiamkan hingga layu. Sebagai tindakan darurat, kerbau yang sakit agar diberikan obat kembung untuk mengobati penyakit kembungnya,” pungkas Lia.

Seperti diberitakan sebelumnya, warga Desa Cihirup dihebohkan dengan kematian mendadak puluhan kerbau yang sedang digembala di hutan dan tanah lapang. Selama 10 hari terakhir, tercatat sudah lebih dari 20 ekor kerbau mati mendadak. Beberapa peternak terpaksa harus menjual kerbau mereka yang masih sehat dengan harga murah karena tak ingin bernasib sama. (fik)

0 Komentar