PT KCIC Bayar Hutang ke Cina Senilai 226M/Bulan,Diperkirakan 38 Tahun Balik Modal

PT KCIC Bayar Hutang ke Cina Senilai 226M/Bulan,Diperkirakan 38 Tahun Balik Modal
Ini adalah zaman di mana kecepatan transportasi bisa menjadi simbol kemajuan sebuah negara, tapi juga menjadi pelajaran tentang pentingnya perencanaan dan transparansi dalam pengelolaan sumber daya dan utang negara. FOTO:Pinterest.com/Rakcer.id
0 Komentar

CIREBON, RAKCER.ID –Perjalanan merealisasikan mimpi besar pertama kali menghubungkan Jakarta dengan Bandung melalui kereta cepat terasa seperti langkah maju yang gigih bagi Indonesia.

Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung, yang telah mulai beroperasi sejak 2 Oktober  mendapat sambutan meriah dari publik, termasuk pengesahan resmi oleh Presiden Joko Widodo.

Proyek ambisius ini tidak hanya menandai era baru dalam transportasi cepat di Indonesia tetapi juga di Asia Tenggara, membawa bangsa ini sejajar dengan negara-negara pembangun kereta cepat lainnya.

Baca Juga:Mitos 57 Ton Emas Soekarno di Swiss: Antara Legenda dan RealitaKebijakan Baru Memudahkan Perpanjangan SIM Selama Musim Libur Lebaran

Sejak operasionalnya, kereta cepat yang diberi nama Whoosh tercatat telah melayani lebih dari 1 juta penumpang hanya dalam dua bulan.

 Sebuah pencapaian yang mengesankan, namun di sisi lain, terdapat beban yang harus dipikul oleh negara dan generasi mendatang.

Anggota Komisi XI DPR, Anis Byarwati, membeberkan bahwa proyek yang dimulai sejak tahun 2016 ini menimbulkan utang yang cukup besar bagi Indonesia.

Pada tingkat yang lebih spesifik, utang yang harus diangsur per bulannya mencapai angka Rp226,9 miliar. Jumlah ini diperkirakan berkelanjutan, dengan bunga 3,4% dan jangka waktu hingga 30 tahun.

Totalnya mencapai angka yang mencekam, yaitu Rp8,5 triliun. Keseluruhan utang ini akan menjadi tanggungan pemerintah selanjutnya, namun, pemerintah sudah mengambil langkah dengan merevisi kebijakan APBN untuk mendukung kelangsungan proyek ini.

Konsorsium PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), yang terdiri dari kumpulan perusahaan BUMN Indonesia dan perusahaan kereta api Tiongkok, bertindak sebagai operator, sekaligus pemilik konsesi proyek ini.

Pembiayaan atas proyek yang kini menelan biaya hingga Rp108,14 triliun ini bergantung kepada kontribusi dari China sebesar 75% dan sisanya, 25%, dari ekuitas konsorsium yang terlibat.

Baca Juga:TikTok Notes: Inovasi Terbaru dari TikTok Aplikasi berbagi Foto yang Akan Saingi InstagramBill Gates Singgung Tiga Profesi ini Tidak Bisa diganti Oleh A.I

Apabila melihat masa depan finansial dari proyek ini, Direktur Utama PT KAI, Didiek Hartantyo, mengutarakan sebuah prediksi yang cukup mengejutkan.

Berdasarkan studi kelayakan dan konsultasi dengan KCIC, proyek ini diperkirakan baru bisa mencapai titik impas atau balik modal setelah 38 tahun.

Audit menyeluruh pun mengungkap adanya pembengkakan biaya sebesar Rp18,02 triliun, membuat proyek ini semakin berat di pundak ekonomi nasional.

Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung merupakan representasi dari kemajuan teknologi dan infrastruktur yang ambisius, sekaligus menjadi tantangan keuangan yang harus dihadapi dengan bijak.

0 Komentar