Cegah Bahaya Kusta Sejak Dini Melalui Peran RT dan RW

Kusta
EDUKASI. Salah seorang relawan tengah melakukan sosialisasi terkait pencegahan dan penanganan penyakit kusta.
0 Komentar

“Hal ini sebagai bentuk untuk meyakinkan pasien agar termotivasi dalam proses penyembuhan, tugas dan peran masyarakat, dalam hal ini RT dan RW juga sangat dibutuhkan,” ungkapnya.

Selama ini, di kalangan masyarakat, masih ada stigma bahwa kusta adalah penyakit berbahaya, hingga tidak jarang pasien kusta dikucilkan. Pasien kusta atau Orang yang Pernah Mengidap Kusta (OYPMK) tidak seharusnya dikucilkan. Karena dengan penanganan yang baik dan tepat penyakit kusta tidak mudah menular dan dapat disembuhkan.

Untuk meluruskan pemahaman keliru tentang kusta, “Melawan Stigma” menjadi kampanye yang harus disuarakan dengan lantang seperti yang dilakukan oleh NLR Indonesia sebagai lembaga nonprofit yang bekerja untuk penanggulangan kusta dan inklusi disabilitas. Melalui project Suara Untuk Indonesia Bebas Kusta (SUKA) mengintervensi masyarakat dan para aktor penggerak perubahan untuk bersama-sama mengedukasi dan melakukan berbagai gerakan inovatif untuk mengikis stigma kusta.

Baca Juga:Dua Pesilat SMK Budi Bhakti Mencoba Mengulang Sejarah PrestasiMenghapus Stigma Kusta dengan Selotip dan Sepatu Boot

MENGENALI KUSTA SEJAK DINI

Menurut Eka, penyakit Kusta adalah penyakit yang menahun dan disebabkan oleh kuman Kusta (mycobacterium leprae) yang menyerang kulit, saraf tepi dan jaringan tubuh lainnya. Ada 2 jenis Penyakit Kusta, Kusta Kering (Pausi basiler) dan Kusta Basah (Multi basiler).

Gejala penyakit kusta, awalnya muncul kelainan pada kulit berupa bercak putih seperti panu ataupun bercak kemerahan yang kurang rasa ataupun mati rasa, tidak ditumbuhi bulu,tidak mengeluarkan keringat, tidak gatal dan tidak sakit, sehingga  penderita seringkali tidak merasa terganggu.

Gejala lainnya lunglai, mati rasa pada telapak kaki, jari-jari kiting, memendek dan putus-putus, cacat kuman terjadi karena kuman yang menyerang syaraf pada penderita, yang terlambat ditemukan dan terlambat diobati.

Perlu diketahui bersama, kusta disebabkan oleh kuman, jadi kusta bukanlah kutukan, keturunan, dosa ataupun guna-guna., dan makanan. “Kondisi tersebut merupakan anggapan yang salah di masyarakat yang menyebabkan keterlambatan berobat ke pelayanan kesehatan, sehingga terjadi kecacatan. Kami terus mengedukasi, dengan teratur minum obat. Supaya tidak cacat kenali gejala kusta sejak awal,” ujarnya.

Tidak semua orang dapat tertular penyakit kusta, hanya sebagian kecil saja (sekitar 5%) yang dapat tertular. Kondisi tubuh yang lemah memudahkan tertular penyakit Kusta. Penyakit kusta dapat menular dari penderita penyakit kusta tipe basah yang tidak diobati. Penularan dapat terjadi melalui pernafasan dalam waktu yang lama.

0 Komentar