CIREBON,RAKCER.ID – Pada tanggal 2 Februari 2025, masyarakat dihebohkan oleh informasi yang menyebutkan bahwa kurs dollar AS tiba-tiba tercatat sebesar Rp 8.170 di Google.
Angka ini jelas jauh dari nilai pasar yang sebenarnya, yang membuat banyak orang bertanya-tanya tentang penyebab di balik kesalahan ini.
Setelah penyelidikan, terungkap bahwa kesalahan tersebut disebabkan oleh masalah data konversi mata uang yang berasal dari sumber pihak ketiga.
Baca Juga:Kenaikan Harga Emas Antam dan Dampaknya di Pasar InvestasiDampak Perubahan Nilai Tukar Dolar terhadap Ekonomi Indonesia
Google, sebagai platform pencarian yang banyak digunakan, mengakui adanya kesalahan dalam menampilkan nilai tukar tersebut.
Simak Ulasan Lengkap Tentang Trending Kurs Dollar ke Rupiah
Manajemen Google menjelaskan bahwa mereka menerima laporan mengenai ketidakakuratan ini dan segera melakukan investigasi.
Dalam penjelasannya, Google menyatakan bahwa kesalahan ini bukan berasal dari sistem internal mereka, melainkan dari data yang disuplai oleh penyedia informasi keuangan yang mereka gunakan.
Hal ini menunjukkan betapa pentingnya keakuratan data dalam sistem konversi mata uang, terutama ketika informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan finansial banyak orang.
Pakar ekonomi juga memberikan tanggapan mengenai situasi ini. Mereka menekankan bahwa kesalahan seperti ini dapat berbahaya, terutama bagi para pelaku pasar yang bergantung pada informasi akurat untuk mengambil keputusan investasi.
Jika nilai tukar yang salah ini tidak segera diperbaiki, bisa menyebabkan kebingungan dan potensi kerugian finansial bagi individu maupun perusahaan.
Oleh karena itu, penting bagi Google dan penyedia data lainnya untuk memastikan bahwa informasi yang mereka tampilkan selalu diperbarui dan akurat.
Baca Juga:Faktor Faktor yang Mempengaruhi Fluktuasi Nilai Tukar Dolar dan RupiahPerkembangan Nilai Tukar Dolar AS terhadap Rupiah dalam Beberapa Tahun Terakhir
Setelah menerima laporan tentang kesalahan tersebut, Google segera meminta penyedia data untuk memperbaiki informasi yang salah.
Mereka juga berkomitmen untuk meningkatkan sistem verifikasi data agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan.
Bank Indonesia (BI) juga memberikan klarifikasi, menegaskan bahwa nilai tukar yang ditampilkan oleh Google tidak mencerminkan kondisi pasar yang sebenarnya.
BI mengingatkan masyarakat untuk selalu memeriksa sumber informasi yang lebih resmi dan terpercaya ketika mencari data nilai tukar.
Kesalahan ini juga menjadi pengingat bagi masyarakat tentang pentingnya literasi finansial. Dalam era digital saat ini, informasi dapat dengan mudah diakses, tetapi tidak semua informasi tersebut akurat.